Galau Nikah!

Setiap bulan April selalu muncul kegalauan yang berlebihan. Umur bertambah, tanggung jawab dan pengertian tentang makna kehidupan juga bertambah. Sudah hampir selama dua tahun ini banyak undangan pernikahan yang gw datangi. Teman dari SD sampai Kuliah. Sahabat sampai teman biasa saja. Semuanya menikah!

Aaaaahh... Menikah menikah dan menikah. Jadi inget, sejak ulang tahun di umur 20 tahun, di setiap tahunnya Bokap gw selalu bilang dengan nada menyindir, "Mama nikah di umur 23 tahun lho...". Begitu terus sampai sekarang. Engga tau deh maksudnya suruh gw nikah cepet-cepet kali ya? Hahahaha..

Baru-baru ini, seseorang senior di kantor yang sudah cukup sepuh nanya ke gw, "Kamu kapan nikah, Mbak?". As usual, gw selalu kelabakan saat jawab pertanyaan ini. Jawaban andalan adalah, "Mmmm... Doain aja ya :)". Lalu Beliau menjawab, "Kamu udah serius kan? Nunggu apa lagi? Nunggu punya rumah? Punya mobil? Kapan nikahnya???". JEDEEENGG!! Dipikir-pikir iya juga ya. Apa yang ditunggu ya? "Belom siap mental, Pak!", gw ngeles lagi. Si Bapak Senior mukanya langsung serius, "Yang namanya menikah itu ibadah. Pasti akan selalu ada rezekinya. yang penting kamu sudah serius, punya target menikah, lalu dijalankan."

Gw jawab lagi dengan sewot, "Ya kan nikah juga perlu duit kali, Paaaak!". Gimana engga, lihat temen-temen menikah dan terlihat cukup menguras kantong. Ga kepikir gimana cara ngumpulinnya. Mana udah capek-capek dikumpulin cuma abis sehari lagi. Mending buat beli rumah. Ya ga?? (ceritanya cari supporter wkwkwk).

Si Bapak jawab lagi dengan sabar, "Mbaaak, yang namanya biaya pernikahan itu masih tanggung jawab orang tua mu. Memang begitu siklusnya. Nanti suatu saat kamu sudah punya anak akan begitu". Hmm... Gw mikir lagi. Apakah bener? Jadi duitnya bisa kepake buat nabung yang lain dooong?? Yippiee! Wkwkwkwk.

Bapak Senior pun menutup perbincangan dengan kalimat, "Yang namanya menikah itu enaknya sama-sama dari nol. Dari bawah. Susah bareng. Kalau bisa jangan ada ikut campur orang tua. Bisa tidur di tiker, ya ga papa. Makan bagi dua, ya gapapa. Oke?!". Lalu kita sama-sama melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi.

Sejujurnya, pernikahan yang gw mau adalah yang sederhana. Engga perlu wah. Tapi sangat dimengerti kalau orang tua mau melakukan sesuatu yang agak berlebih di hari spesial anaknya. Saat menikah pun, gw kepengennya pindah dari rumah orang tua. Tinggal di rumah sendiri, biar pun itu ngontrak sekalipun. Gw sangat salut pada orang-orang yang bisa survive berdua dengan pasangannya, tanpa bantuan orang tua-nya sepeser pun. Salah satunya adalah wanita kesayanganku, Buyik :). Tinggal di Jakarta berdua suami. Sama-sama bekerja untuk mencapai impiannya dan berhasil :) (congrat's on your car! proud of it). Cek tulisan-tulisan Erika di sini. Wanna be someone like them.

Jadi kesimpulannyaaaaa, saya masih bingung step-step apa yang harus dipersiapkan dalam pernikahan itu sendiri. To be honest, kepengen sekali, apalagi liat temen-temen yang udah punya anak lucu-lucu. But I want to give my future baby the great and best life that i could give. So I am preparing it now. Let's hope it will come true :)


note:
tulisan ini juga termasuk akibat kegalauan atas pertanyaan dari sepupu saya, Ceceu Rina yang hobinya nanya mulu, "Jadi kapan Kak DP gedungnya?" *ngejengkang dari kursi* wkwkwkwk..

Labels: , , ,