Galau Nikah part 2 (Edisi Kepengen Punya Rumah)

Setelah tahun lalu adalah musim menikah, sekarang giliran tahun ini musimnya punya anak. Semua orang yang seumuran ama gw pasti ngalamin ini. Dari awalnya tahun kemarin sibuk ngumpulin baju pesta buat kondangan, sekarang bolak balik masuk toko bayi buat cari kado. Hayo yang sama tunjuk tangan :D

Efek dari musim ini dan musim kemarin bagi para singles (baik yang jomblo atau yang belum menikah) adalah serangan pertanyaan basa basi "kapan nikah?", "kapan nyusul?", dan serentetan pertanyaan menyebalkan lainnya. Hahahaha. Untungnya gw termasuk yang santai dan dibawa lucu-lucuan aja, toh juga masih banyak yang belum menikah, jadi cela balik aja *grin*. 

Well, sebenernya post kali ini bukan mau mikirin kegalauan kenapa belom menikah. Jujur saja gw lebih galau kalau saat nikah belum punya apa-apa. "apa-apa" ini bukannya punya mobil mewah, rumah di Pondok Indah, atau harta yang berlimpah (psstt, it rhymed ya!). Cita-cita gw lebih sederhana walaupun tidak sesimpel idenya. Gw mau sebelum menikah, konsep Human Primary Needs sudah lengkap semua. Amien Amien semoga kesampaian yaaaa.

Sandang
Kita skip ini aja ya. Hahaha masa eyke gak pake baju cynn ;P

Pangan 
Kalau makan, semua orang pasti makan. Asal jangan sampe hari ini bisa makan, besok belum tentu. Duh gak kebayang kalau sudah punya anak beli susu aja gak sanggup! (Bok! Harga susu mahal bok! Gw langsung pusing begitu tau dari temen yang udah punya anak). Makanya, gw harus memastikan baik gw maupun calon suami sudah secara finansial stabil. Jangan sampe pola hidup sekarang yang pas akhir bulan cuma makan indomie aja, menurun ke anak. *amit-amit*

Papan
Boleh dibilang ini agak sedikit sulit dan butuh banyak effort. Tapi jujur saja, gw kepengen hidup dengan keluarga gw sendiri, tanpa harus hidup bersama in-laws. Kenapa alasannya? Simpel aja, apa yang terjadi di rumah, terjadi di rumah saja, jangan sampai orang tahu dan ikut campur. Lagipula gw ga pengen baik gw maupun calon suami masing-masing tidak merasa tertekan jika akhirnya tinggal bersama orang tua. Tapi ini nih yang masih dalam perdebatan dengan pacar hehehe. So, we need to find a way to settle this.

Dari ketiga kebutuhan tadi, memang kebutuhan tempat tinggal yang sangat sulit. Apalagi gw pernah sekedar iseng-iseng cek harga bangunan di Jakarta, alamakjang! Mules perut ane. Hahahaha. Mana lagi, gw masih kepengen tinggal di dalam kota, karena masih pengen kerja dan gak jauh antara domisili dan lokasi kerja.

Terlepas dari mahalnya rumah-rumah itu, sebenarnya yang lebih pusing lagi saat bertanya kepada diri sendiri, "duitnya mana?". JLEB rasanya ini hati wkwkwk. Tapi Alhamdulillah sejak mulai berpenghasilan gw cukup rutin dan strict dengan urusan tabungan. Sempet berantakan saat di kantor lama (yang lokasinya cukup menguras ongkos transpot), tapi sekarang sudah beres lagi. Bahkan gw sedang berencana untuk alokasiinnya ke investasi. Cuma masih bingung mau investasi apa dan berapa lama.

Menurut buku Untuk Indonesia yang Kuat dari Ligwina Hananto, ada beberapa poin investasi yang harus gw beresin, antara lain Dana Darurat, Asuransi Kesehatan, dan Dana Pensiun. Tapi gak akan gw bahas sekarang. Maybe in the next post. Hehehehe. Doakan saya ya supaya bisa segala kebutuhan di atas terpenuhi dan bisa langsung kewoooong cyyyynnn! :) 

Love,
LIA

Labels: , ,